BONUS: Lihat juga FR-nya Rizal
Jogjakarta murah? Kenapa tidak? Tanggal 5 Februari kemarin, Saya bersama teman-teman pergi ke Jogjakarta sebagai bentuk akhir perpisahan FUKI 2012. Ini adalah perjalanan backpacking kedua Saya, dan Alhamdulillah Saya bisa kembali lagi ke Jakarta dengan selamat.
Berikut adalah Field Report untuk Jogjakarta
Hari Pertama: 5 Februari 2013
15.30: KRL
Setelah shalat Ashar, kita berangkat dengan KRL dari stasiun UI ke stasiun Gondangdia. Kita harus sampai di stasiun Senen pada pukul 20.35 (ya, itulah waktu berangkat keretanya). Sekitar pukul 16.30 kita sampai di stasiun Gondangdia dan naik P20 untuk ke stasiun senen. Sebetulnya perjalanannya tidak sampai 20 menit untuk rute P20 (Gondangdia-Terminal Senen) dan tidak sampai 30 menit untuk rute KRL (stasiun UI-Gondangdia), tetapi kita harus menunggu dulu teman-teman yang berada pada kereta yang terpisah.
TIPS: Daerah Gondangdia-Senen, P20 khususnya, adalah daerah yang rawan sekali pencurian, kejahatan, dan percopetan. Jagalah barang-barang Anda, tetaplah conscious pada setiap keadaan untuk beberapa menit saja. Situasi relatif lebih aman di stasiun Senen, tapi tidak di rute P20 dan terminal.
Pricing:
- FREE untuk KRL (Anda bisa menggunakkan tiket kereta luar kota untuk KRL di hari yang sama dengan tiket)
- Rp2.000, P20
18.40: Shalat Maghrib
Di dekat stasiun senen, berjalan sedikit keluar di sebelah tugu persis ada masjid. Kita shalat maghrib, makan dan shakat isya di sana.
Pricing:
- Rp9.000 makan malam lele pinggir jalan
20.00: Stand by di stasiun
Kita pergi dengan menggunakkan tiket ekonomi Progo ke Jogjakarta. Kita berhenti di stasiun Leumpuyangan. Hebatnya, kereta tidak ngaret parah! Berbeda sekali dengan enam tahun lalu saat pulang kampung ke Surabaya.
Tips: beberapa orang lebih suka tidur di bawah agar kakinya bisa lurus. Anda mungkin akan tertarik untuk berlatih tidur sambil duduk, atau mencari gaya tidur baru.
Tips: Kata Rizal, pedagang di sepanjang kereta ada beberapa yang kurang dapat dipercaya. Rizal pernah membeli salak yang katanya salak itu jenis salak X tapi ternyata saat di makan itu adalah salak rasa jenis Y.
Pricing:
- Sewa bantal: Rp5.000
6 Februari 2013
07.30: Sampai di Leumpuyangan
Wow, hanya ngaret 10 menit-an! Sunggu cukup tepat waktu. Estimasinya luar biasa baik. Sampai di sana kita disambut oleh Gaby dengan so-called-taxy (baiklah, taksi itu adalah kendaraan seperti kendaraan pribadi seperti ojek tapi ini bentuknya mobil).
Pricing:
- Nyewa mobil untuk angkut barang ke hotel di malioboro: Rp5.000 untuk masing-masing orang (total: x12)
07.50: Sampai di Hotel Indonesia
Kami sampai di hotel Indonesia, sebuah hotel yang sederhana di jalan Sastrowijoyo. Penjaga di sana sangat baik. Kami segera unload barang-barang kami, mandi, dan berangkat lagi ke…
09.00: The Journey Begins
Kami merencanakan untuk pergi ke:
- Rumah Bude Inas
- Merapi
- Prambanan
- Pantai Parangtritis
- Alun-alun Jogjakarta
Kamu pergi dengan mobil sewaan dari 1Wan Transport. Orang di sana baik banget, gak perlu DP tapi percaya aja. Benar-benar sistem kepercayaan yang bagus banget a’la online shopping. Saya sebelumnya (H-7) telah menelepon 1Wan Transport. Mereka bilang OK untuk dipakai 6 Februari. Kami menyewa Elf.
Pricing:
- Elf (All in): Rp550.000
09.30: Rumah bude Inas
Kita ke rumah bude Inas. Budenya baik banget, kita dioleh-olehin salak pulang dari sana.
11.00: Merapi
Kita sampai di Merapi. Saya kira ini bakal seperti wisata Chernobyl, jalan-jalan di tempat yang rusak. Dan ya itu benar, tetapi tidak seseram Chernobyl kok. Alamnya sangat indah, udaranya dingin, dan tidak tercium abu vulkanik. Subhanallah.
Perjalanan sampai rumah mbah Maridjan sekitar 30 menit, berjalan dalam kondisi santai. Kalau Anda lari bisa lebih cepat lagi. Tidak terlalu melelahkan.
Pricing:
- Parkir merapi: Rp30.000/mobil
- Offroad merapi: Rp50.000 – Rp200.000 per orang.
- Makan siang di merapi (nasi rames): Rp7.000 per porsi (yeah, dan porsinya lumayan banyak!)
13.00: Touch down Prambanan!
.. kita sampai di Prambanan sekitar jam 12an (atau jam 13.00 kita telah ada di dalam candinya). Sesuai kata Gaby di Whatsapp, candi itu sangat panas. Kenapa begitu? Mungkin karena sekitarnya minim sekali pohon, dan di candinya itu sendiri memang tidak ada pohon. Saat kita ke sana, kita diberi helm layaknya insinyur. Tetapi untuk apa? Saya kira akan ada batu-batu yang berguguran dari atas. Saya sadari ketika saya masuk, saya kepala saya kejedot langit-langit candi yang pendek. Tidak yakin fungsinya itu, tetapi lakukan saja.
Tips: Anda mungkin tertarik utuk tidak berpakaian layaknya pakaian hari raya. Anda akan banyak berkeringat dan sedikit kotor karena debu. Pakaian safari mungkin akan cocok.
Pricing:
- Prambanan: Rp30.000 per orang
16.30: Touch down Parangtritis!
Kita sempat melihat matahari terbenam di parangtritis. Katanya, pantainya bagus. Saya sama sekali tidak dapat membedakan mana tempat outdoor yang bagus dan mana yang buruk (ya, saya sudah bosan melihat gedung-gedung tinggi yang arsitekturnya tidak menarik). Yang saya lihat adalah cliff atau tebing. Di sana ada cliff! Alhamdulillah, setelah hidup beberapa belas tahun akhirnya saya bisa melihat cliff langsung, bukan di Natgeo. Memang tidak mirip Grand Canyon, tetapi lumayan lah.
Pricing:
- Masuk parangtrits: Rp3.000 per orang
19.00: Sampai kembali ke Jogja
Kita sampai kembali ke Jogja kemudian kita makan. Saya lupa tempat makannya, lumayan mahal. Dua kali lipat lebih mahal dibandingkan harga sarapan. Tidak apa kalau hanya sekali. Kita makan nasi gudeg di sana. Bagi Anda yang tidak suka makanan manis mungkin akan kesulitan untuk memakannya. Hal yang tidak kalah penting adalah tidak ada salahnya mencoba makanan khas jogja, sekalipun mungkin Anda tidak suka. Yaaa, sekali seumur hidup lah.
22.00: Night Malioboro
Di malam hari setelah shalat, mandi, makan, kita berjalan menyusuri Malioboro. Di 0 KM Jogja kita melihat ada banyak orang-orang dengan komunitasnya masing-masing. Ada yang foto-foto, ada yang bermain sepatu roda, dan lain-lain. Saya gak yakin mereka semua turis, tapi saya gak yakin mereka semua adalah penduduk setempat. Saya bermain gambar long shutter di sini, tetapi Saya lupa untuk foto HDR (dan saya tidak yakin dengan hanya tripod dan kamera Saya, saya bisa mengamblik HDR).
Jauh berbeda dengan Jakarta atau pun Depok, meski sepi, kota tetap terlihat hidup di malam hari. Tidak ada kejadian yang menyeramkam, dan jalanan pun tetap teratur. Mobil dan motor tetap mengikuti lampu lalu lintas dan tidak ada yang melangkahi zebra cross. Wow!
Day 3: Around Jogja
Kita berjalan mengelilingi Jogjakarta di hari ini. Di pagi harinya kita ke Museum Benteng, harga masuknya hanya Rp2.000, kemudian agak siang kita ke Kraton, kita mengamati bagaimana kehidupan Sultan. Selanjutnya, yang akhwat pada belanja, dan yang ikhwan melanjutkan penysuruan: kita ke UGM. UGM bisa dicapai dengan Transjogja. Menariknya, kami tidak melihat ada angkot. Kota yang sungguh sangat teratur! Wajar saja kalau turis suka tinggal di sini.
Kita mulai persiapan untuk pulang pukul 17.00. Kita naik taksi ke stasiun (hanya Rp25.000 saja), dan kita sampai di stasiun kurang dari jam 18.00 (di tiket, kereta akan tiba pukul 18.15, dan sampai di Jakarta pukul 04.00an). Dan wow, keretanya lagi-lagi tidak terlambat signifikan!
Day 4: Back to Depok
Alhamdulillah, kami kembali lagi ke Depok dengan selamat. Saya bisa tidur nyenyak di kereta sehingga di hari kepulangan itu saya masih bisa beraktivitas tanpa lelah.
Alhamdulillah, terima kasih banyak semuanya yang telah mendukung perjalanan ini.