Mufid's Code blog

Top Down, Bottom Up?

| Comments

Pendekatan bisnis antara dua hal ini: dari atas dulu atau dari bawah dulu?

Dalam banyak kasus, keduanya bisa saja berhasil. Akan tetapi, mari kita lihat beberapa studi kasus terlebih dahulu. Kita coba lihat kang Onno.

Linux dan Kang Onno

Kang Onno membangun komunitas linux dari bawah. Kang Onno masuk ke SMK-SMK, membuat workshop, membuat ITCamp, dan hal-hal lain (yang saya tahu hanya sebatas ini). Saya sempat mengikuti workshop untuk anak SMK kang Onno dulu, sekitar 6 tahun yang lalu. Acaranya mengundang banyak anak SMK (mungkin saya satu-satunya dari SMA). Menurut Saya workshopnya kurang berhasil membahas secara mendetail, tetapi Saya suka sekali bagaimana kang Onno berhasil menggaet komunitas.

Jika kang Onno ingin membuat gerakan yang lebih masif, tentu kang Onno bisa dengan mudah masuk ke pemerintahan. Tetapi kang Onno tidak ingin (meskipun kang Onno kenal dengan banyak orang dalam pemerintahan di sana). Hal ini saya dengar sendiri langsung dari kang Onno saat ITCamp dua tahun yang lalu.

Sekarang mari kita lihat beberapa gerakan Top-Down. Kita lihat contoh AnakUI.com dan Videoku.TV. Kita mulai dari yang terakhir terlebih dahulu.

Videoku.TV

Pernah dengar Videoku.TV? Baiklah, jangan melakukan penelusuran Google. Anda tidak akan menemukannya karena sekarang sudah down.

Videoku.TV adalah layanan hosted video sharing. Persis seperti YouTube, tapi dengan konten-konten lokal. Anda dapat mengunggah konten apapun ke Videoku.TV.

Terdengar menarik?

Tidak.

Apa diferensiasi Videoku.TV dengan Youtube?

Akan tetapi saya melihat hal yang lebih krusial lagi: Untuk apa membuat Videoku.TV? Apakah demand masyarakat internet Indonesia untuk video streaming sudah seperti Korea, Jepang, atau Singapura?

Internet kabel sendiri saya rasa sudah cukup cepat, tetapi kesiapan masyarakat Indonesia terhadap demand ini seperti cerita yang berbeda.

Oh, well… dari awal saya sudah yakin target Videoku.TV sudah salah. Tapi itu bukan satu-satunya concern saya tentang Top Down Approach.

Mereka memulai terlalu besar: mengajak artis untuk masuk dan membuat akun di Videoku.TV. Selain itu, Videoku.TV pada akhirnya sebagian besar berisi video-video gosip selebriti. Menurut Saya, menargetkan gosip untuk masyarakat internet Indonesia sepertinya bukan langkah yang tepat, mengingat pada awalnya internet Indonesia digunakan untuk akademisi, dan sebagian masyarakat yang lain belum tersentuh internet (atau bahkan belum mengenal).

Nah, they shut down now. More services shutdown.

Oh sebelum berganti topik, Saya sering sekali terkena spam dari Videoku. Seems they’re not digging into security.

spam

Comments