Saya sudah lama menggunakan RAID 1 untuk komputer pribadi saya. Sudah sejak 2017. Empat tahun lebih. Sejauh ini saya luar biasa puas dengan hasilnya. Mengapa saya memilih RAID 1 yang notabene harganya menjadi dua kali lipat?
Hal ini karena komputer merupakan aset yang sangat berharga bagi saya. Melakukan riset dan eksperimen pribadi, bermain, hingga hiburan saya lakukan semuanya di komputer Saya. Jika hard disk rusak, saya tidak bisa menggunakan komputer Saya. Pernah beberapa kali hard disknya rusak. Saya haru melakukan pemasangan ulang Windows dan melakukan pemasangan ulang semua perangkat lunak yang saya butuhkan. Seluruh proses penyelamatan memakan waktu 2 hari lebih! Seluruh akhir pekan saya didgunakan hanya untuk penyelamatan dan pemasangan. Tidak efisien.
Hard Disk saya rusak karena banyak hal. Biasanya karena masalah kelistrikan dan umur. Namun saya mencurigai kerusakannya di kelistrikan. Biasanya, Windows tidak mau boot setelah listrik padam secara tiba-tiba dan komputer sedang dinyalakan. Solusi termudahnya adalah beli UPS, tetapi UPS hanya menyelesaikan masalah hard disk yang rusak karena listrik padam tiba-tiba. Tidak menyelesaikan masalah karena umur atau hal lainnya. RAID Mirroring menyelesaikan masalah “masa iya kedua hard disk rusak berbarengan untuk sektor yang sama.”
Saya menggunakan RST atau Intel Rapid Storage — fungsi RAID bawaan dari perangkat keras yang saya miliki. Pertimbangannya saya menggunakan perangkat keras RAID adalah sebagai berikut:
- Dukungan driver native dari untuk Windows Vista ke atas
- Tidak perlu konfigurasi apapun di perangkat lunak dan OS
- Instalasi yang mudah, hanya perlu konfigurasi di BIOS
Adapun salah satu hal yang kurang menyenangkan dalam penggunaan RAID ini adalah kewajiban untuk menjalan RAID verification saat listrik padam tiba-tiba. Pada hard disk dengan kapasitas 3 TB yang saya miliki, proses verifikasi membutuhkan waktu hingga delapan jam lebih! Meski bisa kita lewati, proses verifikasi sudah terjadi saat driver dimuat. Artinya, proses verifikasi sudah dimulai sejak Windows Boot. Jadi, ketika listrik padam, penghidupan komputer selanjutnya akan memperlambat proses boot. Hal ini karena boot, startup, dan verifikasi RAID terjadi bersamaan. Kita baru bisa mengabaikan proses verifikasi ketika menjalankan UI Intel Rapid Storage — yaitu saat sudah login.
Kekurangan lainnya adalah tidak bisa menambah array dengan mudah. Um, ini bukan hanya masalah RAID, sih. Ini masalah yang akan dihadapi kalau kita memiliki lebih dari satu disk. Tanpa RAID pun, menambah disk berarti sudah menambah mount point.
Tentu saja untuk build selanjutnya saya akan menggunakan RAID 1 lagi. Mungkin juga saya akan pertimbangkan RAID 10. Yang pasti mirroring ini membantu kehidupan saya sekali. Tidak perlu takut bad sector dan hard disk mati tiba-tiba.
Saya tidak mempertimbangkan RAID 5 atau RAID 6 karena terlalu boros untuk pengguna rumahan seperti Saya. Dua disk saja sudah terlalu banyak, apalagi 3 disk atau malah 4 disk. Memang RAID 5 dan RAID 6 menawarkan kecepatan yang lebih tinggi. Akan tetapi, saya akan memilih M.2 SSD jika alasannya adalah kecepatan. Untuk availability yang tinggi seperti RAID 1, kita bisa menggunakan skenario sebagai berikut:
- SSD digunakan untuk sistem
- Setup RAID 1 untuk 2 disk
- Backup full SSD ke disk di RAID 1
- Andai SSD rusak tiba-tiba, tinggal restore image dari disk di RAID 1 ke SSD.
Bagaimana dengan NAS?
Sepertinya NAS adalah hal yang berbeda — terlepas dukungan RAID yang ditawarkan oleh NAS. NAS tidak bisa digunakan untuk menyimpan berkas sistem. Meski ada yang menawarkan Network Boot dari NAS, itu tidak memenuhi kebutuhan rumahan seperti saya. Latency network boot terlalu tinggi. Lagipula, NAS memindahkan risiko fisik dari komputer saya ke luar — yang mana saya juga tidak butuh. Terlalu banyak fitur-fiturnya yang mubazir.